“specialization makes it hard to evaluate. sub-specialists propagandize” Peter Thiel
“I love him who wants to create over and beyond himself and thus perishes.” Friedrich Nietzsche
lingua franca itu menyelamatkan, bahasa alay tak terbarukan, budaya maiyah.
maka yang pintar harus menipu, yang pintar harus ditipu,
untuk nanya apa arti intelligence
dan semuanya jawab asumsi kosong
teman, sekolah, bahasa, agama, sains, diri sendiri, semuanya menipu
nipu dan ditipu →← growth & learning →← transaksi muamalah
mirip teori modern finance, CAPM, MPT, and Black&Scholes
tapi alhamdulillah ada mandelbrot
Salafi wahabi nya finance
fractal dalam DeFi gimana ceritanya
setanlah itu cancel culture, bikin pada jadi risk averse
maka ketawa itu jadi seni tertinggi, ROI tertinggi
ketawa boleh, tapi bunuh dulu lah tuhan-tuhanmu
orang-orang MBA pada sangean sama KPI kuantitatif
guru 300 ribu makan apa, junk bond?
mau tambah kompleks? tracking semua, Social Credit System
siapa yg dapet insentif paling tinggi? dionisyan atau apollonian?
musyawarah mana yang dibayar untuk menentukan?
kurzweil dan michio, mana mobil terbangnya
mana post scarcity nya
mana prove teori consciousnessmu para 4 horseman
bau roti yang ngingetin ke mantan, gimana cara buang memori?
siapa pengen punya bromance selayak algazel dan averroes?
black swan itu ga lebih dari shit happens alias qada dan qadar
makanya ibnu taymiyyah dengan mormon churchnya adalah gigachad
skeptis itu pengecut, maka berimanlah terhadap skeptisisme
kalo udah kena faustian bargain, bisa ga tazkiyatunnafs?
buah huldi itu antigold, knowledge, bukan informasi
bukan untuk dapet gold, tapi antigold, atau minimal antimateri
kalo minta love, jelas ga kebeli
history tend to repeat itself, never learn from history
cassandra ga exist kalo prediksinya ga bener
struktur dan standar, tirani usang midsommar
tapi kalo ga ada, sesat pikir
freedom dan luxury belief
breathing in, breathing out
meditasi, jadilah perompak
sorry euy suka sensi kalo ada orang syiah
manfaatnya iya ada, tapi kaya khamr
syiah sunni 40% 60% di Azerbaijan tapi bisa hidup damai
muslim di sana juga ada yg mengkhamr karena perang sm Armenia
kalo dikasih $1000000 buat ikut perang lagi katanya emoh, mending meninggal katanya
game, yang dianggap sloth, ternyata yang ngasih dia harapan
If a sloth clapped, it would always sound sarcastic
tapi di India, salah satu anak IT semester akhir masih ga ngerti cara deploy app dan gapunya github
padahal ada abdul bari, kunal kushwaha, dan redundansi lainnya
di sini ada anak IT ngerasa 120 klik lamaran aja udah ngerasa babak belur
orang dalem ngajak jadi EO, ada event party beli botol ga ada yang minum,
panitia harus ngabisin semua buat mabok
tukang sablon ngimpi distronya mirip2 kang baju di truno bandung, habis
dengerin koil, homicide indo yang udah bubar dengan lirik sok edgy :v
”FASIS YANG BAIK ADALAH FASIS YANG MATI”
“Um, I’ve learned that real-world human-to-human tactile contact will kill you, and that all human interaction, whether it be social, political, spiritual, sexual, or interpersonal should be contained in the much more safe, much more real interior digital space. That the outside world, the non-digital world, is merely a theatrical space in which one stages and records content for the much more real, much more vital digital space. One should only engage with the outside world as one engages with a coal mine. Suit up, gather what is needed, and return to the surface. And is it just me, or do pirates need to take a little bit better care of their fuckin’ maps? You know, when I find a pirate’s map, it’s… it’s always tea-stained, and the edges are burnt, and it’s like if you’re a pirate, all right, and you’re gonna make this map and expect me to carry it around the globe as I search for your treasure, then laminate it.”
asumsi: ada hierarki
pas kamu bantu yang di bawah, yg kamu bantu itu cuman kamu sendiri
pas kamu bantu yang di atas, kamu bantu cakupan yang di atas, termasuk yang atas itu sendiri
makanya ga pernah ada kejadian bantu yang di atas, karena diingatkan pun ga mempan, untuk yang di atas itu
summum bukmun ‘umyun fa hum la yarji’un ~ mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali
dari logika al ghazali, maka yang harus dibunuh itu yang paling atas, sebab asal, deduktif tak bertanggung jawab
misalkan bisa dibunuh pun, yang bawahnya bakal naik ke atas
dan hierarki itu tetep ada, dan yang bunuh itu, jadi monster juga
jadi diam, santai, dan selow aja…
orang-orang atas itu juru selamat! keambiguan dan self-fulfilling prophecy tentang 1 dari 73 golongan
itu caranya menyelamatkan orang bawah.
“aku ga becus menyampaikan, maka salahkan aku saja,
yang pentingkan semua tau intinya, sidik fatonah amanah tablig.
aku yang bertanggung jawab atas kesalahan mereka”
- salah satu kecerdasan orang atas.
mungkin bakal ada yang bilang lebih baik tidak disampaikan kalo gitu,
dibandingkan menyampaikan dengan ketidakjelasan,
bukankah itu justru juru selamat yang 100%? yang mengajarkan cinta?
“oh tidak semudah itu, itu tidak seru namanya,
kamu tidak akan jadi yang terpilih atau kamu akan tergantikan nantinya.
mesti banyak yang mau menggantikanmu”
makanya ia selalu menangis di sepertiga malam,
ingin menipu yang memperbudaknya,
seperti kasus pascal’s wager
yang atas itu berhak untuk memperbudak yang bawah,
itu bentuk tanggung jawabnya,
itu bentuk cinta dan kasihnya.
maka begitulah ceritanya.
…
lihat? hanya satu asumsi, tapi dampaknya luar biasa besar, chaos & complex theory. begitulah dunia ini bekerja, berbagai disiplin ilmu, berbagai hubungan, mengandalkan asumsi, tumpukan asumsi, thinking fast, penalaran induktif. lagian, siapa yang menemukan yang deduktif?
multiple mental model adalah multiple negasi, selayaknya growth mindset, dan ketiadaan asumsi itu pun membuatmu luput dari gajah di pelupuk mata. sesederhana potongan kalimat the sixth sense. “I see dead people. Walking around like regular people. They don’t see each other. They only see what they want to see. They don’t know they’re dead.”
dan saat itu dihilangkan (asumsi hal itu dapat dihilangkan), tiadalah yang namanya nafsu, sehingga hanya ada rasionalitas, tanpa bias, mati, seperti robot. bahkan kamu masih mempercayai kita memiliki bahasa yang sama? dengan pemodelan yang memiliki banyak cacat? maka dari itu, hapalkanlah cerita-cerita, tentukan probabilitasnya, jangan jalan tergesa-gesa, empatilah pada penghotbah mantra, ketundukan spirit-spirit agung, ia yang tidak menginginkan apa-apa, kerinduan dengan si maha sepi, pembangunan menuju stagnasi, penyelamatan dari interim dan lestari